Selasa, 17 Februari 2009

mAkaNan j3p@nG

Hidangan Tradisional Jepang

Masakan Jepang pada umumnya dibuat tidak hanya untuk memuaskan lidah melainkan juga mata. Coraknya bermacam- macam, mulai dari yang paling mewah dan anggun hingga yang paling sederhana seperti bubur. Adapun bumbu paling utama dalam masakan Jepang adalah dashi (bumbu untuk menggurihkan kaidu, berupa scrutan halus ikan bonito), bukaniah kecap sebagaimana yang diperkirakan orang. Dan untuk membuat masakan Jepang memang kedua bahan itu mutlak perlu. Ada satu syarat penting dalam membuat masakan Jepang, yaitu kesegaran bahan-bahannya.

* Suasana jamuan makanan tradisional

Masakan trapisional lengkap Jepang (bukan masakan sehari- hari) secara garis besar dapat dibagi atas 5 kategori berikut ini.

Honzon ryori - disajikan di nampan berkaki pada jamuan resmi Chakaiseki ryori - masakan yang dihidangkan sebelum upacara minum teh
Kaiseki ryori - serangkaian masakan yang dihidangkan secara berturut-turut untuk pesta
Osechi ryori - hidangan untuk Tahun Baru
Shojin ryori - masakan vegetarian (sayuran saja)

Dari aspek memasaknya atau menyiapkannya, masakan Jepang terbagi atas beberapa jenis :
- Shirumonolowanmono (sop, berkuah)
- Aemono (salad dan sausnya)
- Namamono (bahan makanan yang dimakan mentah: sayur, ikan, dsb.)
- Yakimono (makanan yang dipanggang : ikan, daging, dsb.)
- Nimono (makanan yang ditim : ikan, dsb.)
- Agemono (makanan yang digoreng, biasanya dilapis tepung)
- Mushimono (makanan yang dikukus)
- Sunomono (makanan yang diberi cuka: ikan, sayuran)
- Nerimono (makanan berupa pasta padat, kekenyalan mirip bakso)
- Menrui (berbagai jenis mie : soba, udon, ramen, somen)
- Nabemono (makanan yang dimasak dalam periuk, berkuah banyak dan panas)
- Koumono (acar)
- Gohanmono (nasi dan berbagai hidangan dari nasi),
- Donburimono (semangkuk nasi dengan lauk-pauk di atasnya)
- Namamono (bahan makanan yang dimakan mentah dengan bumbu, misalnya osashimi (ikan, cumi, dsb.).

Acara makan hidangan lengkap tradisional Jepang selalu diikuti etiket tata-cara makan yang rumit, mulai cara memegang dan meletakkan hashi (sumpit) sampai dengan apa yang harus diucapkan. Berikut ini diberikan keterangan singkat mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan bilamana anda makan makanan Jepang dalam sebuah jamuan.

Jamuan makan tradisional Jepang biasanya diselenggarakan di ruang ber-tatami, yakni ruang yang beralaskan tikar jerami Jepang. Para tamu duduk di sekeliling sebuah meia pendek. Sepatu harus dilepaskan sebelum memasuki ruang; biasanya ada petugas restoran atau petugas yang ditunjuk tuan-rumah yang mengatur letak sepatu (kaos kaki boleh tetap dipakai). Setelah duduk, para tamu mendapat lap kecil yang hangat dalam bentuk digulung. Lap ini dipakai hanya untuk mengelap
tangan saja.

Setelah semua tamu mendapat gelas minumannya, diadakan kanpai atau bersulang. Ketika makanan sudah siap di bagian meja setiap tamu, acara makan dimulai dengan ucapan “itadakimasu” (dibaca : itadakimas) yang kira2 artinya “Terima kasih atas hidangan ini”. Setelah selesai makan, tamu mengucapkan “goehisousama deshita” (terima kasib, saya sungguh menikmati makanan enak ini) kepada pengundang/tuan rumah.

Makanan Jepang dimakan dengan sumpit, tidak diperlukan sendok. Kuah sop, misainya sop misoshiru (sop tauco encer dengan polongan tahu, daun bawang, dil.), dihirup langsung dari pinggir mangkuknya. Sebagai pengganti sendok & garpu dipakai sumpit (hashi) untuk mengambil ikan, sayur, dan nasi. Dalam menggunakan sumpit, ada beberapa pantangan, antara lain:

- Jangan meletakkan sumpit tegak berdiri di atas mangkuk nasi
- Jangan menunjuk-nunjuk dengan sumpit - Jangan mengetuk-ngetuk dengan sumpit - Jangan menusuk makanan dengan sumpit
- Jangan menyeret makanan dengan sumpit
- Jangan melakukan gerak memutar dengan sumpit sambil mencari-cari makanan apa yang diinginkan
- Jangan meletakkan sumpit melintang di atas mangkuk nasi pada waktu makan atau pada waktu selesai makan. Letakkan sumpit pada sandarannya di luar mangkuk/piring
- Jangan masukkan sumpit dalam-dalam ke mulut. Sumpit berfungsi mengantarkan makanan ke mulut
- Jangan memberikan makanan kepada orang lain dengan sumpit sendiri ke sumpitnya

Setiap peserta jamuan makan diharapkan menuangkan minuman (arak sake, soft-drink dari botol, dsb.) ke gelas orang di sebelahnya (terlebih- lebih bilamana di sampingnya duduk orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya), dan yang dituangi minuman hendaknya memegang dan mengangkat sedikit gelas/cangkirnya dan mengucapkan terima kasih. Minuman teh hijau yang biasanya dihidangkan sebagai penutup, diminum dengan mengangkat cangkirnya dengan kedua belah tangan.

Demikian antara lain etiket makan hidangan tradisional Jepang, terutama dalam suasana resmi yang perlu diperhatikan. Acara makan pun merupakan suatu seni tersendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar